prev next front |1 |2 |3 |4 |5 |6 |7 |8 |9 |10 |11 |12 |13 |14 |15 |16 |17 |18 |19 |20 |21 |22 |23 |24 |25 |26 |27 |28 |29 |review

Faktor gaya hidup

Paruh pertama di abad yang lalu, manusia disibukkan dengan kegiatan untuk bisa tetap bertahan hidup. Mereka terlalu mengkawatirkan kesehatannya seperti halnya kita yang masih hidup di abad ini. Aktifitas mereka sesugguhnya belum memadai untuk memperaktikkan prilaku hidup sehat agar penyakit dapat dicegah. Kemajuan upaya pencegahan terjadi karena adanya gerakan kelompok-kelompok pekerja, kelompok penegakan hukum dan diberlakukannya berbagai peraturan di bidang kesehatan masyarakat.

Sampai akhir abad lalu, di sekitar tahun 1990an, laporan penerapan strategi “sehat untuk semua tahun 2000” telah mengungkapkan masih perlunya gerakan untuk mengubah budaya masyarakat. Gerakan ini harus secara proaktif mampu mempromosikan prilaku hidup yang bertanggung jawab dan siap mengadopsi gaya hidup yang kondusif mendukung hidup sehat (USDHHS 1990). Sejak saat itu, semakin banyak indikasi bahwa dengan menerapkan prilaku hidup sehat secara bermakna, risiko masyarakat terserang penyakit kronis seperti cardio vasculer dan kanker akan mampu diturunkan. Oleh karenanya, semua faktor determinan hidup sehat yang sudah dibahas di atas, gaya hidup teryanta merupakan salah satu di antara banyak faktor yang masih bisa dikontrol untuk mempengaruhi kesehatan masyarakat. (Diane Wilson, USA, From “Lifestyle Factors and the Prevention Movement”) www.pitt.edu/~super1/lecture/lec4231/006.htm